(Kudus-online.com) - Ini kabar baik buat ibu-ibu yang biasanya susah mencari LPG 3 kg, untuk memudahkan konsumen mendapatkan LPG 3 kg PT Pertamina berharap masing-masing kabupaten bisa meningkatkan rasio keterisian pangkalan elpiji sehingga setiap desa tersedia pangkalan elpiji 3 kilogram.
Sales Representative Rayon IV Gas Domestik PT Pertamina Region III Robby C. Djasmy mengatakan saat ini sedang dalam pemetaan keberadaan pangkalan elpiji di setiap kabupaten di wilayah eks-Keresidenan Pati apakah sudah merata di setiap desa atau belum. Harapannya dalam waktu tiga bulan ke depan rasio keterisian pangkalan di setiap desa di masing-masing kabupaten bisa ditingkatkan.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan elpiji 3 kg dengan lebih mendekatkan pangkalan kepada masyarakat pengguna elpiji.
menurut laporan yang diterima, saat ini baru Kabupaten Blora yang rasio keterisian pangkalan elpiji di setiap desanya mencapai 100 persen. Sementara di Kabupaten Pati, baru mencapai 63 persen desa yang sudah ada pangkalan elpijinya.
Robby juga mengapresiasi langkah sejumlah kabupaten yang mulai melakukan penataan distribusi elpiji, termasuk di Kabupaten Kudus yang mulai menerapkan harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg di tingkat pangkalan dan konsumen serta meminta masing-masing pangkalan untuk ikut mengawasi harga jual elpiji di tingkat konsumen.
Fungsi utama pangkalan adalah untuk melayani konsumen rumah tangga, karena itu masing-masing pangkalan harus berseia menandatangani kesepakatan yang meminta mereka menyediakan 75 persen alokasi elpiji yang diterima dari agen untuk kebutuhan konsumen rumah tangga dan konsumen usaha mikro.
Untuk meningkatkan sebaran, pangkalan elpiji di wilayah perkotaan yang tergolong besar memang perlu dipecah.
Terkait dengan penolakan pangkalan elpiji untuk menyediakan alokasi 75 persen untuk konsumen rumah tangga dan usaha mikro, kata Kasi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Pasar dan Pengelolaan Pasar Kudus Sofyan Dhuhri, hal itu diserahkan kepada masing-masing agen untuk mengkomunikasikannya.
"Sudah seharusnya konsumen membeli elpiji di pangkalan karena tujuan awal memang demikian. Sedangkan yang terjadi sekarang pangkalan justru menjadi tempat kulakan para pengecer sehingga harga jual di tingkat konsumen juga tinggi," ujarnya.
Terkait dengan rasio keterisian pangkalan di setiap desa, memang masih ada beberapa desa yang belum tersedia pangkalan elpiji. Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Pasar dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus, tercatat ada sebanyak 16 desa di Kabupaten Kudus yang hingga kini belum tersedia pangkalan elpiji.#
Sales Representative Rayon IV Gas Domestik PT Pertamina Region III Robby C. Djasmy mengatakan saat ini sedang dalam pemetaan keberadaan pangkalan elpiji di setiap kabupaten di wilayah eks-Keresidenan Pati apakah sudah merata di setiap desa atau belum. Harapannya dalam waktu tiga bulan ke depan rasio keterisian pangkalan di setiap desa di masing-masing kabupaten bisa ditingkatkan.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan elpiji 3 kg dengan lebih mendekatkan pangkalan kepada masyarakat pengguna elpiji.
menurut laporan yang diterima, saat ini baru Kabupaten Blora yang rasio keterisian pangkalan elpiji di setiap desanya mencapai 100 persen. Sementara di Kabupaten Pati, baru mencapai 63 persen desa yang sudah ada pangkalan elpijinya.
Robby juga mengapresiasi langkah sejumlah kabupaten yang mulai melakukan penataan distribusi elpiji, termasuk di Kabupaten Kudus yang mulai menerapkan harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg di tingkat pangkalan dan konsumen serta meminta masing-masing pangkalan untuk ikut mengawasi harga jual elpiji di tingkat konsumen.
Fungsi utama pangkalan adalah untuk melayani konsumen rumah tangga, karena itu masing-masing pangkalan harus berseia menandatangani kesepakatan yang meminta mereka menyediakan 75 persen alokasi elpiji yang diterima dari agen untuk kebutuhan konsumen rumah tangga dan konsumen usaha mikro.
Untuk meningkatkan sebaran, pangkalan elpiji di wilayah perkotaan yang tergolong besar memang perlu dipecah.
Terkait dengan penolakan pangkalan elpiji untuk menyediakan alokasi 75 persen untuk konsumen rumah tangga dan usaha mikro, kata Kasi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Pasar dan Pengelolaan Pasar Kudus Sofyan Dhuhri, hal itu diserahkan kepada masing-masing agen untuk mengkomunikasikannya.
"Sudah seharusnya konsumen membeli elpiji di pangkalan karena tujuan awal memang demikian. Sedangkan yang terjadi sekarang pangkalan justru menjadi tempat kulakan para pengecer sehingga harga jual di tingkat konsumen juga tinggi," ujarnya.
Terkait dengan rasio keterisian pangkalan di setiap desa, memang masih ada beberapa desa yang belum tersedia pangkalan elpiji. Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Pasar dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus, tercatat ada sebanyak 16 desa di Kabupaten Kudus yang hingga kini belum tersedia pangkalan elpiji.#
Post a Comment