Gus Mus : Pendidikan Di Tanah Aira Masih Warisan Belanda

K-Online, Kota - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menganggap pendidikan di Tanah Air belum berkembang signifikan, mekipun pergantian menteri da kurikulum kerap dilakukan.

"Pendidikan kita masih mengadopsi warisan kolonial," ujarnya pada peringatan harlah ke-61 Madrasah NU Muallimat di gedung JHK Kudus, Rabu (5/11).

Kuatnya warisan penjajah terlihat pada dikotomi sekolah umum dan sekolah agama.

Celakanya, model pemisahan ilmu umum dan agama masih dianut hingga saat ini.

“Belanda lah yang membuat dikotomi pendidikan umum dan agama, sehingga produk pendidikan yang dihasilkan menjadi tidak utuh,” ujarnya.

Mereka yang sekolah di sekolah umum akibatnya hanya fokus mempelajari ilmu dunia, tanpa bekal ilmu agama yang memadai.

Sebaliknya, murid sekolah agama hanya pintar agama, namun buta tentang dunia.

Ia membandingkan sistem pendidikan di Iran karena kiai atau mereka yang memiliki gelar Ayatullah di Iran bisa nyambung diajak diskusi tentang apa saja.

“Para Ayatullah yang kuat ilmu agamanya nyambung ketika diajak berdiskusi tentang politik, militer, keamanan, maupun dunia kesehatan. Ini karena sistem pendidikan mereka yang utuh,” katanya.

Di Indonesia, sekolah umum tak lain hanya untuk memenuhi kebutuhan pemerintah.

Materi tentang akhlak maupun budi pekerti kerap dikesampingkan.

 Jika pun ada penilaian tentang kejujuran, kedisplinan, maupun budi pekerti, diberikan secara subjektif.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien Leteh, Rembang mencontohkan, nilai pada buku raport untuk materi budi pekerti tersebut hampir semua anak mendapat nilai B.

“Mau dikasih nilai A kok ketinggian, dikasih nilai C kok keterlaluan. Akhirnya B sajalah yang sedang-sedang,” katanya.

Gus Mus menambahkan, berkembangnya madrasah yang tidak hanya fokus pada ilmu agama, namun juga memperkuat pendidikan umum menjadi harapan.

Sudah saatnya sistem pendidikan warisan Belanda dilawan dengan format pendidikan yang lebih utuh.
Ketika seseorang memutuskan berhenti belajar, kata Gus Mus, saat itu lah ia mulai menjadi bodoh.

“Contohnya banyak. Lihatlah mereka yang saat ini memegang kekuasaan. Salahkan sana-salahkan sini, seolah-olah mereka yang paling benar,” katanya.

Post a Comment

Previous Post Next Post