![]() |
(Illustrasi, Foto Antara) |
"Bambu dari Tiongkok tidak memunculkan arang hitam saat dibakar atau habis terbakar, sedangkan bambu lokal meninggalkan arang hitam usai dibakar," katanya seperti dikutip Antarajateng.com.
Dengan kualitas yang baik, Wiliam mampu memasarkan dupanya ke seluruh Indonesia, dengan pangsa pasar terbesar Provinsi Bali.
"Dari empat ton dupa yang kami produksi setiap bulannya, sekitar 2 ton di antaranya dipasarkan ke Bali,"
Sementara daerah lain yang menjadi target penjualannya, yakni Jakarta, Tangerang, Surabaya serta beberapa daerah lainnya di Tanah Air.
Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek seperti saat ini, permintaan dupa bisa melonjak hingga delapan ton.
Guna menyiasati permintaan yang melonjak tersebut, William mengaku punya jurus jitu, yaitu dengan me-ngebut produksinya sebelum musim hujan seperti saat ini. Hal ini karena proses pengeringan dupa masih memanfaatkan sinar matahari sihingga saat musim hujan proses produksi memerlukan waktu yang lebih lama.
Walaupun telah diupayakan sedemikian rupa, William masih kewalahan memenuhi pesanan, sehingga para pekerja terpaksa harus lembur untuk memenuhi pesanan.
Editor : Odie
Sember : antarajateng.com
Post a Comment