Agar bisa membayar, maka para pedagang harus mau membuka rekening tabungan di bank, khususnya BRI karena kerja samanya saat ini dengan BRI.
Peluncuran pembayaran retribusi dengan sistem elektronifikasi tersebut, merupakan program kerja sama Pemkab Kudus dengan Bank Indonesia yang sedang mengupayakan adanya peningkatan literasi keuangan masyarakat.
Kudus yang dianggap siap, akhirnya terjalin kerja sama dan hari ini (15/12) secara resmi diluncurkan, sehingga pembayaran berikutnya para pedagang di Pasar Kliwon harus dengan cara menggesek kartu.
"Dengan model elektronifikasi pembayaran retribusi pasar, setidaknya bisa mengantisipasi kebocoran dana retribusi pasar karena langsung masuk ke kas daerah," kata Bupati Kudus Musthofa.
Selain itu, dia menganggap, program tersebut juga menguntungkan BRI selaku perbankan yang digandeng dalam peluncuran pembayaran model elektronifikasi tersebut.
Bank tersebut, diyakini akan mengalami peningkatan likuiditas.
"Kami minta, transaksi menggunakan bank apapun jangan ditarik biaya alias gratis," ujarnya berharap.
Wapimwil Pembina Wilayah Kudus BRI Effendi menegaskan, permintaan tersebut akan dipenuhi.
"Kami dari sisi pengumpulan dananya memang diuntungkan, meskipun tanpa harus menarik lagi biaya kepada pedagang yang membayar retribusi," ujarnya.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Iskandar Simorangkir mengatakan, berdasarkan hasil survei memang disebutkan penduduk Indonesia yang memanfaatkan lembaga perbankan baru 20 persen.
Artinya, kata dia, masyarakat yang memiliki rekening di bank baru 20 persen, sedangkan 80 persennya belum memiliki rekening.
Dengan demikian, lanjut dia, keuangan yang ada sekarang masih eksklusif.
Melalui program elektronifikasi pembayaran, diharapkan memang bisa meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat soal pengelolaan keuangan di berbankan.
Post a Comment